Pengertian Akhlak
AKHLAK KEPADA ORANG TUA ATAU KELUARGA
Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama
Dosen
Pembibing: Prawidya Lestari, M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Habibi
Kelompok 4
Semester 4B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL
ULAMA
(STAINU) PURWOREJO 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ahlak kepada orang
tua. Sebagai Barang Berguna ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan tentang ahlak terhadap orang tua atau keluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan tentang ahlak terhadap orang tua atau keluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
Purworejo, Maret 2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR
BELAKANG
Persoalan Akhlak di dalam islam
banyak di bicarakan dan di muat pada Al-Quran dan Al-Hadits. Sumber tersebut
merupakan batasan-batasan dalm tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang
menjelaskan arti yang baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang
mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengn mudah
dapat diketahui, apakah itu terpuji atau tercela, benar atau salah
Betapa beratnya tanggungan seorang
ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau sudah datangnya waktunya
melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu
untuk melahirkan jabang banyinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar sibayi
yang dilahirkannya sehat dan sempurna keadaan sebagai manusia sempurna anggota
badannya.
Dunia anak sangat penting
diperhatikan Apabila ada kekeliruan dalam mendidik akhlak anak, bisa jadi dunia
anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lantut anak dapat melakukan
perbuatan Abnormal kriminalitas dan lain sebagainya.
- RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana pengertian Aklak?
2.
Bagaimana pengertian dan kedudukan Birrul walidain?
3.
Bagaimana Akhlak kepada ayah dan ibu?
4.
Bagaimana kasih sayang dan tanggung
jawab orang tua terhadap anak?
- TUJUAN
MASALAH
1. Untuk Mengetahui
pengertian Aklak
2. Untuk Mengetahui pengertiandan
kedudukan Birrul walidain
3. Untuk Mengetahui
Akhlak kepada ayah dan ibu
4. Untuk Mengetahui kasih sayang dan tanggung jawab orang tua
terhadap anak
BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK KEPADA ORANGTUA ATAU
KELUARGA
A. PENGERTIAN AKHLAK
Kata Akhlak berasal dari
bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian
dengan kata khalqun yang berarti
kejadian, yang erat hubungannya dengan khaliq
yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun
yang berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
khaliq dengan makhluk.
Ibnu
Athir menjelaskan bahawa;
Hakikat
makna khuluq itu ialah gambaran batin
manusia yang tepat ( yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya
(raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya.
Imam Al-Ghazali mengemukakan
definisi Akhlak sebagai berikut:
Akhlak
ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
( lebih dahulu).[1]
Menurut Abullah Dirroz, perbuatan-perbuatan
manuasia dapat dianggap sebagai manifestasi
dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu:
a. Perbutan-perbuatan
itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi
kebiasaaan.
b. Perbuatan-perbuatan
itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya
tekanan-tekanan ang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga
menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah dan
lain sebagainya.[2]
B.
PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN
Birrul
walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain, Birru atau A-birru artinya kebijakan (ingat penjelasan tentang
al-birru dalam surat al-baqarah ayat 177). Al-wilaidain
artinya ada dua orantua atau ibubapak jadi birul walidain adalah berbuat baik kepada kedua orang tua.
Semakna dengan birrul walidain, Al-Quran
Al-Karim menggunakan istilah ihsan ( wa bi
al-walidaini ihsan), seperti yang terdapat antara lain dalam surat al-Isra’
ayat 23
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا…
Artinya
Dan tuhanmu telah memerintahkannya
supaya kamu janagan menyembah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu kamu berbaut baik kepada ibu bapak kamu dengan
sebaik-baiknya. ( QS. Al-Isra’ 17: 23)[3]
C.KEDUDUKAN BIRRUL WALIDAIN
Birrul
Walaidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Ada beberapa alasan yang membuktikan
hal tersebut, antara lain:
a. Perintah ihsan kepada bapak ibu diletakan oleh
Allah SWT di dalam Al-Quran langsung sesudah beribadah hanya
kepada-Nya semata-mata atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya. Allah
berfirman
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya
Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak,…..
(QS.
A-Baqarah 2:83)
b. Allah
SWT mewasiatka kepada umat manusia untuk ihsan kepada ibu bapak. Allah
berfirman
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ
حُسْنًا
Artinya
Dan Kami wasiatkan( wajibkan)kepada manusia supaya berbuat kebaikan kepada dua orang
ibu-bapaknya.(
QS. Al-Ankabut 29:8)
c. Allah
SWT meletakan perintah berterimakasih kepada ibu bapak langsung sesudah
berterimakasih kepada Allah SWT. Allah berfirman
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ
وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى
وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
( QS. Luqman 31: 14)
d. Rasulullah
saw meletakan birrul walidain sebagaiamalan nomor dua terbaik sesudah shoat
tepat pada waktunya[4]
D.
AKHLAK PADA AYAH DAN IBU
Mengapa demikian besar kasih sayang
ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu belum mengandung seakan belum mau mempunyai
anak. Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin tidak adanya yang keempat.
Tetapi kalau di karunia tuhan anak selanjutnya kasih sayangi ibu tidak ada
bedanya antara kepada yang pertama yang kedua dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih sayang
kepada putranya, padahal tiada pamrih. Lain dengan cinta seorang kekasih pada
pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bisa berbalik menjadi benci.
Tetapi kasih ibu bagaimana tiada akan berubah dan hilang, walaupun si anak
tiada membalas kasih dan cinta ibu.
Memang itu adalah karena Hidayah,
anugrah dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hidayah itu disebut
insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut Hidayah-ghariziyyah
1.
Kewajiban Kepada Ibu
Batapa jasa orang tua kepada anaknya
itu menurut Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalm kitab Al Jami
ush-shahih yang terkenal dengan nama kitab shahih muslim dalam kitabulah-‘itq.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. Bersabda
Artinya: “ tidak akan (dapat) membalas seorang anak
kepada orang tuanya, kecuali si anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba
sahaya, kemudian si anak membelinya dan memerdekannya”
Ibu dan ayah adalah kedua orang tua
yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab
yan besar terhadap anaknya tersebut. Jasa mereka tidak dapat dihitung dan di
bandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi orang merdeka sebagai
manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh setelah menjadi budak / hamba
sahaya karena sesuatu keadaan yang tidak diinginkan. Zaman sekarang tidak ada
lagi perbudakan
Kalau ibu merawat jasmani dan
rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari
nafkahnya, membesarkanya, mendidiknya dan menyekolahkan, di samping usaha ibu.
Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat membedakan baik dan
buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar,
ayah lebih tampak kewajibannya, mendidik dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa.
Namun apabila di bandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai
mengandung sampai dewasa, dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap
putranya, maka secara perbandingannya, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih
berat tugas seorang ibu dari pada tugas ayah.[5]
2.
Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya lalim
Seorang anak menurut ajaran Islam
diwajikan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun.
Artinya jangan sampai anak menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun
seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya. Seandainya orang tua berbuat
lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas atau mengimbangi ketidak
baikan orang tua kepada anaknya Allah tidak akan meridainya sehingga orang tua
itu meridainya, sebagaimana diterangkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan
oleh Hajjaj dari Ibnu Abbas,
Artinya
Tidak ada seorang muslim yang
mempunyai ayah dan ibu yang keduanya muslim, dia mengharap kebaikan kedua orang
tuanya, kecuali dibukakan baginya dua pintu surga. Kalau salah seorang kedua
ibu bapaknya mara pada anaknya, Allah tidak rida kepada si anak tersebut sampai
orang tuanya meridainya. Kemudian ditanyakan: Bagaimana kalau keduanya orang
tua lalim. Dijawab oleh Ibnu Abbas: Walupun keduanya menganiayanya.
Perkataan Ibnu Abbas itu memberikan
pengertian bahwa bagaimana keadaan orang tua terhadap anaknya akan dijadikan
ukuran bagaimana keridaan Allah kepadanya.
Menurut ukuran secara umumnya, si
orang tua tidak sampai akan aniaya kepada anaknya. Kalau terjadi penganiayaan
orang tua kepada anaknya adalah disebabkan perbuatan sianak itu sendiri yang
menyebabkan marah dan aniyanya orang tua marah kepada anaknya. Dalam kasus
demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniya
sehingga ia tiada rida kepada anaknya, Allah pun tidak meridai sianak tersebut
lantaran amarahnya orang tua.
Akan tetapi sebaliknya kalau si orang
tua aniaya memang tidak melakukan kewajiban kepada anaknya sebagaimana mestinya
adalah tanggung jawab orang tua kepada Allah, bahwa dia tidak melakukan
kewajiabn mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, sehingga si anak tidak baik
akhlaknya.
3.
Berkata Halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu
memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun
demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si
anak akan berkata halus. Kalau si ibu/Ayah sering menggunakan kata-kata yang
kasar, si anak pun akan menggunakan kata-kata yang kasar, yang dipergunaan oleh
ibu dan ayahnya. Sebab itu anak mempunyai insting meniru. Yang lebih mudah
ditiru adalah yang paling dekat dengannya, yaitu oang tua, terutama ibunya.
Agar si anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya haruslah
dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana si anak harus
berbuat, sikap, dan bericara. Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut
ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia.[6]
Firman
Allah: ( QS. Al-Isra: 23-24)
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ
إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ
الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا
قَوْلاً كَرِيمًا
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا
كَمَارَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya
Dan tuhanmu telah memerintahkannya
supaya kamu janagan menyembah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu
kamu berbaut baik kepada ibu bapak kamu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan” ah” dan janganlah membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka dengan penuh kasih saying dan ucapkan doa: “ wahai tuhan ku,
kasuihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku kecil.”
Dari
ayat-ayat tersebut si anak berkewajiban berbuat baik kepada ibu dan ayahnya.
Kata-kata
mulia yang dipakai untuk ayah dan ibu, tentu saja menurut adat yang berlaku,
yang dengan kata-kata itu berarti memuliakan ibu dan ayah. Perkataan yang mulia
bukan hanya terletak pad bentuk kata itu sendiri, melainkan juga tergantung
kepada cara megungkapkannya, nada dan iramanya mengucapkan kata-kata tersebut
kepada ibu dan ayah.
Selain ayat tersebut (QS. Al-Isra’
ayat 23-24) , juga surat al-Baqoroh ayat 83, 180, 215; surat An-Nisa ayat 36,
135 surat Al-An’am ayat 151 surat A-Ankabut ayat 8; surat Luqman ayat 14-l5;
dan surat Al-Ahqaaf ayat 15-17.
4. Mana yang harus di dahulukan antara Ayah dan ibu
Sukar
untuk membeda-bedakan antara ayah dan ibu. Keduanya harus dimuliakan. Jangan
sampai kita berbuat baik hanya ayah saja atau hanya ibu saja
Kalau kita memiliki rejeki dari Allah, kita ingin
memberi kepada orang tua kita, maka kedua-duanya turut merasakan senang dan
bahagianya si anak.[7]
Dalam
hubungan dengan ayah dan anak, maka ada hal-hal yang orang tua antara anak ibu
dan ayah berbeda dengan pengorbanannya dan peranan kasih sayangnya. Pada
umumnya hubungan ibu terhadap anak berbeda dengan hubungan ayah terhadap
anaknya
Peranan
ibu terhadap anaknya lebih besar daripada peranan ayahnya terhadap anaknya. Di
dalam kehidupan sehari-hari umumnya si anak lebih dekat kepada ibunya dari pada
ayahnya. Kalau ada persoalan, minta sesuatu untuk kebutuhan si anak lebih
berani mengeluh kepada ibunya daripada kepada ayahnya.
Oleh karena itu semua ajaran islam sebagaimana di
ajaran Rasulullah, seorang anak harus berbuat baik kepada ibunya dulu baru
kepada ayahnya, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan
Muslim dari Abu Huraira
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ
أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّك، قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ
ثُمَّ أَبُوكَ(متفق
عليه(
Artinya
Seorang sabat bertanya pada Rasulullah;
Ya Rasulullah, kepada saya harus berbuat baik? jawab Rasulullah: kepada ibumu.
Sahabat bertanya lagi: kemudian kepada siapa lagi? Jawab Rasulullah: kepada
ibumu.( kemudian sahabat bertanya lagi: kemudian kepada siapa lagi? Jawab
Rasulullah: kepada ibumu. Kemudian sahabat bertanya lagi kemudian kepada siapa?
Jawab Rasulullah: kepada bapakmu.
Dalam hadits tersebut dan hadits yang lain-lainya
yang semakna bahwa berbuat baik setelah Allah, kapada ibunya dulu ( Rasulullah
menjawab sampai tiga kali: kepada ibumu, kepada ibumu, kepada ibumu, kemudian
kepada bapakmu. Ini menunjukan bahwa ibu harus didahulukan dari pada kepada
bapak.
5. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah
meninggal dunia
Apabila
ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik dan itu mudah
dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moral, maupun bersifat
material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan
ibunya yang sudah tiada. Daam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana
yang di ajarkan oleh Rasulullah dari Abu Usaid
Artinya
Abu Husaid berkata: kami pernah
berada pada suatu majelis bersama Nabi, seseorang bertanya kepada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia
yang aku untuk perbuat sesuatu kebaikan kepaa kedua orang tuaku. Rasulullah
bersabda: ya ada empat hal: melaksanakan janji keduanya; memuliakan teman-teman
kedua orang tua; dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang
kecuali karena kedua orang tua.
Hadits ini menunjukan cara kita berbuat baik kepada
ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu
a.
Mendoakan
ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampunan kepada Allah dari segala
dosa orang tua kita menurut firman Allah:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ
مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا
كَمَارَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya
Katakanlah:kasih sayangilah kedua
ibu dan bapakku sebagaimana beliau keduanya telah mengasuh / mendidikku dikala
kecil
Dalam hadits yang di riwatkan ole Al-Bukhari, bahwa
didalam kubur ada seseorang yang kaget mendapat kesenangan dan kebahagiaan.
Kemudian ia bertanya-tanya: ada apa ini? Ada apa ini? Dijawab oleh malaikat
bahwa anakmu mendoakanmu
b.
Menepati
janji kedua ibu bapak
Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut.umpamanya
beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban
anaknya untuk menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut.[8]
Hadist diriwayatkan Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
Artinya
Bahwa seorang perempuan dari
juhaniah datang kepada Nabi Muhammad SAW. Ia bertanya kepada Rasululla :
bahwasanya ibu saya telah bernazar untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai
meninggal dunia. Apakah boleh saya menghajikannya? Jawab Rasulullah: ya
hajikanlah dia! Apakah kau tahu, kalau seandainya ibu mempunyai hutang, apakah
engkau membayarkannya? Bayarkan (tepatilah) kepada Allah, sesungguhnya Allah
lebih berhak untuk ditepati.
Menunaikan kewajiban orang tua tidak bertentangan
dengan firman Allah;
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ
أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى
Artinya
Bahwasanya seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.( QS. 53 . An-Najim: 38-39)
Dalam
hal dosa dan pahala setiap orang menanggung hasil perbuatanya masing-masing dan
mendapakan pahala sesuai dengan yang diperbuatannya tanpa mendapatkan limpahan
pahala orang lain. Seorang tidak dapat memberikan pahala kepada orang lain.
Seseorang mendapat pahala karena dia sendiri yang berbuat beramal soleh, bukan
orang lain yang beramal sholeh.
Adapun
hubungan anak dengan orang tua sebagaimana dalam hadits tersebut adalah kaena
anak merupakan hasil orang tua, seingga hadits tersebut tidak bertentangan
dengan Al-Quran
c.
Memuliakan
teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau mempunyai
tema-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan temannya. Ayah
atau ibu saling tolong menolong dengan temannya dalam masyarakat dan atau
mencari ma’isyahnyanya.
d.
Bersilaturahmi
kepada orang yang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua, karena
ayah atau karena ibu. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah dan ibu
itu, kita harus mengadakan silaturahmi
kepadanya.[9]
E. KASIH SAYANG DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
TERHADAP ANAK
Anak
adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan orangtua kepada Allah SWT. Anak adalah tempat untuk
mencurahkan kasih sayangnya. Dan anak juga investasi
masa depan untuk kepentingan orangtua di akhirat kelak
Dengan
pengertian seperti itu hubungan orangtua dengan anak dapat dilihat dari tiga segi
1.
Hubungan Tanggung Jawab
Anak
adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang tua dapat dibesarkan, dipelihara, dirawat, dan dididik
dengan sebaiknya. Dengan kata lain orangtua
adalah pemmpin yang bertugas memimpin anak-anaknya dalam kehidupan dunia ini. Kepemimpinan ini nanti di
hadapkan Allah SWT. Rasulullah saw bersabda.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ الْأَعْظَمُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ
مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ
مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ
زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْؤُولَةٌ عَنْهُمْ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya
Setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Kepala negara adalah
pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah
pemimpin di rumah tangganya dan dia bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Seorang istri adalah pemimpin di rumahnya dan dia bertanggung jawab terhadap
rumah tangganya. Seorang pembantu adalah pemimpin harta benda majikanya dan dia
bertanggung jawab terhadap terhadap kepemimpinannya.
(HR muttafaqun ‘Alaih)[10]
2. Hubungan Kasih Sayang
Anak
adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap manusia yang normal
secara fitri pasti mendambakan kehadiran anak dirumahnya. Kehidupan rumah
tangga sekali pun bergelimangan harta benda belum lengkap kalau belum
mendapatkan anak. Al-Quran menyatakan anak adalah perhiasan dunia
Artinya
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya
di sisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan ( QS Al-Kahfi 18: 46)
3. Hubungan Masa Depan
Anak
adalah investasi masa depan di akhirat bagi orang tua. Karena anak yang saleh
akan selalu mengalirkan pahala kepada kedua orang tuanya, sebagaimana yang
dinyatakan Nabi Muhammad SAW:
Artinya
Jika seseorang meninggal dunia
putuslah (pahala) amalannya kecuali salah satu dari tiga hal : shadaqoh jariah,
ilmu yang bermanfaat yang dapat di ambil maanfaatnya, dan anak saleh yang
mendoakannya (HR. muslim
)
Dengan tiga alasan di
ataslah seorang muslim didorong untuk dapat berfungsi sebagai orang tua dengan
sebaik-baiknya. Apalagi kalau dia pikirkan betapa petingnya pembinaan dan
pendidikan anak-anak untuk menjaga eksistensinya dan kualiatas umat manusia
umumnya dan umat Islam khususnya pada masa yang akan datang.[11]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata
Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan kata khalqun yang
berarti kejadian, yang erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Dari birrul Walidain adalah berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan birrul
walidain memilki kedudukan, Perintah
ihsan kepada bapak ibu diletakan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran, Allah
SWT mewasiatka kepada umat manusia untuk ihsan kepada ibu bapak, Allah SWT
meletakan perintah berterimakasih kepada ibu bapak langsung
Akhlak pada ayah dan ibu, seorang anak dapat
mewujudkan akhlak kepada kedua orang tua, yang pertama Kewajiban anak Kepada
Ibu, kedua Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya lalim, ketiga
Berkata Halus dan mulia kepada ibu dan ayah, keempat Mana yang harus di dahulukan antara Ayah dan ibu, karena itu semua
ajaran islam sebagaimana di ajaran Rasulullah, seorang anak harus berbuat baik
kepada ibunya dulu baru kepada ayahnya, kelima Berbuat baik kepada ibu dan ayah
yang sudah meninggal dunia.
Banyak
sekali ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi yang menjelaskan tentang akhlak kepada
orang tua, hal ini menunjukkan bahwa akhlak kepada orang tua merupakan sesuatu
yang sangat penting menurut Islam, bukankah ridho Allah itu tergantung ridho
orang tua
B. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Banyak kekurangan disana-sini, untuk itu
mohon kiranya para pembaca sekalian berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa,
Akhlak Tasawuf.Bandung, CV Pustaka
Setia,2008
Yunar ilyas, kuliah akhlak
Yogyakarta,pustaka pelajar offset,2014
Komentar
Posting Komentar